SEBUAH REFLEKSI SAMBUTAN KEPALA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BRANTAS DR. IR. HAERUDDIN C. MADDI, ST., MSMT PADA EVALUASI LAPORAN AKHIR HIPPA/P3A DAN TPM ) 2023

SEBUAH REFLEKSI SAMBUTAN KEPALA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BRANTAS DR. IR. HAERUDDIN C. MADDI, ST., MSMT PADA EVALUASI LAPORAN AKHIR HIPPA/P3A DAN TPM ) 2023
Dokumentasi saat giat Evaluasi Laporan akhir HIPPA/P3A dan TPM


Situbondo, lensakomunikasi.com-“Pengalaman menjadi Tenaga Pendamping Masyarakat, tidak akan diperoleh pada pekerjaan yang lain” .

 Penggalan kalimat sambutan yang disampaikan kepala BBWS Brantas pada saat membuka Evaluasi Akhir HIPPA/P3A dan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) di Hotel Movenpick Surabaya sungguh menyuguhkan hentakan pada hati, dan semua hadirin terharu. Seolah-olah menjadi kunci pembuka memori dari awal perjalanan sebagai Tenaga Pendamping Masyarakat. Memori pengalaman pribadi, sesama TPM, TPM dengan KMB ASTA, bahkan bersama TA.

 Perjalanan yang tidak mudah, sejak rekrutmen yang penuh dengan penjuangan dan berkompetensi dengan ribuan peserta. Berbaur dan beradaptasi dengan orang baru. Memahami juknis dan tujuan utama pelaksanaan Program Percepatan Peningkatan Pengguna Tata Guna Air  Irigasi (P3TGAI). Mengenalkan diri pada stake holder daerah yang akan dilaksanakan program ini. Terlebih pada proses pelaksanaan sampai evaluasi laporan akhir.

Sebenarnya tidak mungkin dapat diceritakan secara rinci dikesempatan yang terbatas ini. Karena setiap perjalanan memiliki cerita tersendiri. Namun, yang menjadi jawaban dari prolog sambutan Bapak kepala Balai Besar adalah kalimat selanjutnya. “P3TGAI adalah kegiatan sosial” . Kalimat sederhana namun memiliki makna yang bernilai tinggi. Berbicara sosial berarti melibatkan banyak orang. Berbicara orang berarti berbicara keluarga yang harus sejahtera. Berbicara kesejahteraan keluarga berarti berbicara sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Ketika sila kelima ini sudah teratasi, kegiatan-kegiatan yang lainnya akan teratasi. Dan ini kenapa P3TGAI menjadi berarti bagi masyarakat, bukan hanya ketika pada palaksanaannya melibatkan masyarakat, tapi ketika sudah terlaksana dan selesai, maka jaringan irigasi ini sangat membantu masyarakat petani meningkatkan hasil pertaniannya (outcome). “Dan ini juga merupakan solusi dari pemerintah di era Bapak Jokowi, disaat bangsa Indonesia diuji covid 19 yang berpengaruh terhadap semua aspek, terlenbih pada perekonomian.” Ujar kepala BBWS Brantas


Selain paparan diatas ada juga pengalaman pengalaman pahit, manis, haru, lucu dan menantang dari proses pelaksanaan P3TGAI. Apapun bisa terjadi saat di lapangan. Karena tidak hanya bertemu dengan orang juga makluk lainnya seperti makhluk halus, ular, kalajengking dan sejenisnya yang bisa mengancam keselamatan. Bahkan suatu ketika saat monev 100 % bersama TA Tekhnik yang baru saja menikah dan TPM   nyemplung di sungai. Namun, dari pengalaman itu dapat memupuk kebersamaan kita, karena paska kejadian ada saja yang berisiniatif untuk memikirkan satu sama lain. Dan rasa persaudaraan ini jika diimplementasikan pada pekerjaan atau aktivitas yang lain, maka akan mudah memecahkan permasalahan. Ini juga sesuai dengan harapan kepala Balai Besar yaitu berharap pengalaman menjadi Tenaga Pendamping Masyarakat dibawah pada aktivitas yang lain.


Pada kesemapatan yang sama kepala Balai Besar juga menyampaikan tentang Impian 20 tahun yang akan datang yaitu P3TGAI terlaksana diseluruh jaringan irigasi tersier disetiap daerah. “Alangkah senangnya jika disetiap daerah bertemu dengan jaringan irigasi tersier yang sudah terbangun P3TGAI” Ungkap kepala BBWS Brantas.

 

Harapannya adalah semoga Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) ini, bisa berlanjut ditahun-tahun yang akan mendatang. Mengingat kebutuhan masyarakat petani terhadap program in sangat tinggi. Karena kebutuhan air menjadi hal yang fundamental dari pengelolaan pertanian.


Penulis adalah Adi Susianto (TPM Rayon 8 P3TGAI tahun 2023)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama