Berkisah di Desa Walidono, Monumen Lampatta Pate' 'Keramat'

Berkisah di Desa Walidono, Monumen  Lampatta Pate'   'Keramat'
Foto Peserta KKN'19. Usai menikmati pemandangan wisata religi. Dengan ekspresi Bondowoso Melesat
Situbondo, himmahkpi.com Beberapa bulan lalu aku dan  beberapa temanku menjalani KKN(Kuliah Kerja Nyata) yang memang merupakan kewajiban seorang mahasiswa harus terpenuhi. Kebetulan waktu itu, saya dengan tujuh teman lainnya diantaranya Mila, Ainun, Dila, Fida, Ummi, Firda, Atik dan juga aku salah satunya mendapat tugas untuk mengabdi di salah satu Desa Kabupaten Bondososo. Desa itu bernama Walidono. 

Walidono merupakan suatu desa yang memiliki keunikan dari segi sosio-historisnya. Dimana walidono terdapat wisata religi yang di sahkan pada tahun 2017 lalu. Adalah  Wisata Petilasan kyai Mas Atmari atau akrab dikenal dengan Wisata Lampatta Pate’. Wisata ini kerap kali menjadi sasaran bagi peserta KKN dari berbagai penjuru, misal dari UNEJ, UNIB (Sukorejo), STAI Nurul Huda dan lain sebagainya.

Mendapat informasi tersebut, kami tertarik untuk mengunjunginya. Setelah sampai disana, karena musim menunjukkan pada masa kemarau, jadi wisata yang biasanya indah dengan hehijauan, saat itu menjadi kering kerontang. Namun, wisata Lampatta Pate' ini akan ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu, seperti hari Ahad akan banyak pengunjung berdatangan dari berbagai wilayah. 


Well, ketika kami sengaja bersikeras untuk mendatangi wisata tersebut salah satu temanku berkata "Subhanallah, ini jalan membuatku terus mengingat Allah". Dengan kata lain jalan menuju wisata sangat tidak layak untuk di lewati oleh orang-orang cantik macam kita. Dengan kata lain, jalan ini wajib hukumnya di perbaiki  ( di aspal). Karena, terdiri dari bebatuan keras sehingga membuat pengunjung wisata berniat untuk tidak mendatanginya kembali. Meski seperti itu, kami tetap bersemangat untuk sampai ke sana. Pasalnya, kami penasaran dengan sebuah batu yang memiliki nilai mistisme itu. 

Setibanya disana, dengan secucuran keringat akan menjadi saksi. Dibawah teriknya matahari. Kami mengamati batu yang berukuran tidak terlalu besar, terdapat di tengah lokasi wisata. Disana terdapat gazebo  sebagai tempat berteduh, beristirahat dan pula ketika ingin memandang ke semak-semak yang lebih jauh. Juga terdapat hasil karya seni para pemuda Walidono berupa tempat untuk berfoto (berselfi ria) dan di ramaikan pula dengan warung atau jejualan yang berada disekitar lokasi wisata. 

Secara historis, kami mendapat informasi banyak dari Bapak Jayadi waktu itu yang secara kebetulan kami temui sedang berdiam di lokasi wisata lampatta pate'. Konon, batu lampatta pate' ini memanglah batu yang sering ditempati oleh anjing yang setia menunggu kyai Mas Atmari saat berdiam diri di sebuah gua. "Anjing ini bukanlah milik atau bukan peliharaan dari Kyai Mas. Tapi anjing itu selalu mengikuti kemana saja Kyai Mas akan singgah. Hanya anjing itu tidak secara langsung berdekatan dengan kyai Mas" kata Pak  Jayadi saat kami minta untuk story telling.


Kejadian anjing yang sering membuntuti Kyai Mas itu menjadi suatu kebiasaan saat si anjing terus-menerus melakukannya. Sehingga, membuat Kyai Mas merasa iba dan enggan mengusirnya. Sebenarnya siapakan Kyai Mas itu?  Kenapa sampai orang cina yang berziarah ke asta beliau? 

Suatu ketika, Kyai Mas ini membuat suatu perundingan dengan saudara kandungnya yaitu Kyai Zuhud. Perjanjian itu berisi "Apabila kamu adikku yang mendapat jodoh kemudian beristri lebih awal daripada aku. Maka selamanya aku tak akan pernah menikah. Begitupun sebalikny" kata Kyai Mas saat itu.

Alhasil, yang mendapat jodoh lebih awal adalah Kyai Zuhud, sehingga Kyai Mas harus menepati janjinya untuk tidak menikah seumur hidupnya yang tentunya tidak dapat memperoleh keturunan. Sedangkan Kyai Zuhud memiliki anak cucu yang hingga saat ini cicit beliau masih hidup yang tinggal di Kecamatan Prajekan, ialah Nyai Mas Ruk namanya. Selama perjalanan hidup Kyai Mas yang sendiri tanpa di dampingi oleh seorang wanita. Suatu ketika ada  seseorang keturunan cina yang datang ke beliau meminta untuk di doakan. Karena si orang cina itu sedang dibelit hutang. kemudian Kyai Mas memberinya sekantong kecil yang didalamnya ia isi dengan jagung. 

Sebelum kantong kecil itu di berikan si orang cina itu, ia berpesan agar tidak membukanya sebelum sampai dirumahnya. Lantas orang cina itu mengiyakan dengan instruksi dari Kyai Mas tersebut. Sesampainya di rumah ia membuka kantong kecil pemberian Kyai Mas dan ternyata bukan malah berisikan jagung tapi justru berubah menjadi bongkahan-bongkahan Emas. Subhanallah... ini kuasa Allah. Melihat hal itu, si orang cina terkaget dan menyatakan dirinya muallaf beserta keturunannya dan tetap berguru pada Kyai Mas. Hingga saat ini masih banyak orang cina yang berdatangan untuk berziarah di makam Kyai Mas di setiap malam Jum'at Wage. Mereka menjulukinya dengan "Cekong Mas".

Lantas bagaimana dengan batu bekas tapak anjing itu? Yang menjadi ketertarikan tersendiri ialah. Batu bekas tapak anjing ini berulang kali disingkirkan dari tempatnya, namun batu itu tetap kembali pada asalnya. Sehingga masyarakat setempat terheran dan menganggap bahwa batu ini memiliki nilai mistisme. Bapak Sekretaris Desa Walidono,  mengatakan bahwa sebelum di resmikannya menjadi wisata, masyarakat Desa Walidono berinisiatif untuk mengangkat batu itu dan membuatkannya tempat khusus. Alhasil, tidak bisa. Dengan menggunakan katrol, katrolpun bengkok. Wah.... Seberat apa batu bekas tapak anjing ini. Padahal tidak berukuran besar. 

Akhirnya mereka matur kepada cicit Kyai Mas Nyai Mas Rukaiyah, meminta izin untuk dipindahkan sementara dan akhirnya batu itu bisa juga di pindahkan dan dibuatkan tempat khusus hingga menjadi wisata yang dikunjungi oleh banyak orang. 
                                   *Thanks*

_SNF*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama