![]() |
Nampak para peserta sedang menyimak materi pelatihan dengan seksama |
SITUBONDO, lensa komunikasi - Sinergitas perguruan tinggi dengan masyarakat dalam pelatihan pemasaran online pada kerajinan bambu di desa Bajuran Bondowoso yang diikuti oleh masyarakat bajuran sebanyak 20 orang peserta ,terdiri dari pengrajin anyaman bambu dan pegiat media sosial. Kegiatan ini disupport oleh Diktis Kementerian Agama RI tahun anggaran 2022 pada klaster pengabdian masyarakat Berbasis Metodologi KUM ( Kemitraan Universitas Masyarakat). Kamis, 22/12/2022.
“Desa Bajuran memiliki banyak asset, diantaranya adalah SDM, SDA dan Sarana Prasarana yang cukup memadai untuk menjadikan desa yang memilki icon desa pengrajin anyaman bamboo”. Ungkap Ahmad Munif pengrajin anyaman bambu dalam penjelasannya.
Perkembangan pengrajin bambu yang ada sejak dulu tahun 2019 berawal dari terbentuknya kelompok usaha anyaman bambu yang dilaksanakan oleh UPT BLK ( Balai Latihan Kerja ) Bondowoso dalam bentuk program pelatihan. Dari 19 alumnus yang mengikuti program pelatihan selama 1 bulan penuh, 6 diantaranya benar-benar konsen dan serius menekuni bidang ini, sehingga terbentuklah kelompok kerja kerajinan anyaman bambu”. Imbuhnya.
![]() |
Pose bersama para peserta pelatihan pemasaran online pada kerajinan bambu |
Bapak Ahmad Munib,S.Pd.I selaku penggagas dan pengrajin bambu di desa Bajuran dalam kesempatannya juga menjelaskan bahwa satu tahun pasca pelatihan, beberapa alumnus mencoba konsen dalam bidang ini, sebagai bentuk memperdalam skil & kompetensi sekaligus sebagai sarana kerja yang baru demi membantu perekonomian keluarga Bahkan mereka juga membuat kerajinan dari bambu selain yang diajarkan di BLK dari hasil pemikiran kreatif yang ada hingga saat ini mampu menghasilkan kerajinan rak buah, tutup nasi, tempat lampu gantung maupun duduk , songkok tradisional, piring , dan juga rantang. Dll.
Disamping desa Bajuran memiliki asset yang mendukung kerajinan ini, namun juga memiliki problem di perjalannya. “Salah satunya adalah Pemasaran yang sulit, karena masih focus pada pasar tradisional”. Ungkap Ahmad Munif. Ini adalah problem yang dihadapinya. Sudah kadung banyak stok, tapi sulit pemasarannya.
Selain itu Ahmad Munif sebagai pengrajin anyaman bambu, hadir juga sebagai fasilitator pengabdian masyarakat ini yaitu Adi Susianto . Dia menjelaskan bahwa tujuannya terjun ke Desa Bajuran adalah untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dan dalam kesempatannya memaparkan tentang bagaimana cara bermedia sosial. “Media sosial merupakan salah satu alat, baik tidaknya tergantung pada kita” .Jelasnya. Dalam perkembangan jaman, banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk memasarkan diantaranya adalah Tik tok, Facebook, Whatsaap, Instagram. “Dan ini sangat mudah kita gunakan untuk menyebarkan informasi, bahkan memasarkan barang”. Imbuhnya.
‘Yang terpenting dalam penjualan di media sosial adalah Berikan deskripsi yang jelas dan menarik hingga membuat banyak orang tertarik untuk membelinya dan perbanyak teman agar mempermudah kita supaya produk yg kita punyak cepat terkenal”. Ungkap Zulfatul Mukarromah, M.H sebagai anggota fasilitator Pengabdian Masyarakat berbasis Metodologi Kemitraan Universitas Masyarakat.
Wrd
Subhanlalah
BalasHapusahlan buk zulva yg cantik nara sumber hehe
BalasHapus