Mengenal Lebih Dekat Sosok Muhibbin, Dosen Fakultas Dakwah IAIN Jember

Mengenal Lebih Dekat Sosok Muhibbin, Dosen Fakultas Dakwah IAIN Jember
Muhibbin saat diwawancarai oleh ketiga mahasiswanya, di depan Laboratorium Fakultas Dakwah
Situbondo, himmahkpi.com  Dosen identik dengan sikapnya yang tegas dan kaku. Maka tak sedikit mahasiswa yang merasa segan untuk berdekatan. Tapi dosen satu ini, dipastikan mampu membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan. Menjadi dosen yang dekat dan bersahabat dengan mahasiswa menjadi salah satu kelebihan pada dirinya. Tak sedikit dari para mahasiswa banyak yang belajar kerumahnya.

Sebut saja Muhibbin. Dia adalah dosen tetap Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Lelaki yang lahir di Lombok, 10 november 1971 itu memang memiliki nama simpel namun terkenal di ranah kampus.

Selama menjadi mahasiswa, Ia aktif berorganisasi di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dikenal dengan organisasi kuning biru.  Salah satu prestasi yang ia raih saat menjadi mahasiswa adalah menjadi pemimpin redaksi Pers Fakultas selama 2 tahun dari semester 5 hingga semester 7. Selain itu juga mendapatkan Beasiswa Jarum dari semester 4 hingga lulus kuliah.

Muhibbin ini adalah sosok yang unik, terbukti ketika ditanya soal prestasi yang sudah diraih itu sebenarnya bukan prestasi menurutnya, melainkan sebatas bonus baginya.

"Prestasi yang sesungguhnya ketika kita bisa menempatkan orang lain sebagai manusia, kalau hanya itu bukan prestasi melainkan bonus aja," ucapnya sembari tersenyum.

Lucunya, ketika ditanya soal wisuda lagi-lagi jawaban yang keluar itu semua tidak penting apalagi soal nilai. Mungkin kebanyakan orang pasti bilang wisuda itu sangat penting namun yang satu ini berbeda sekali.

"Wisuda itu hanya ritual saja, makanya tidak terlalu penting. Jangan pernah memposisikan ijazah itu sebagai bukti bahwa kita pernah kuliah, tapi posisikan ijazah sebagai bukti bahwa kita pernah berpikir," tukasnya sambil menasehati.

Tidak pernah ketinggalan dari kebiasaan setiap harinya selalu membaca buku dan berdiskusi. Ia juga memiliki target untuk membeli buku tiap bulannya. Tak jarang kadang harus bersaing dengan para mahasiswa yang lain untuk mencari buku terbitan terbaru. Karena menurutnya, jika tidak tahu buku terbitan yang baru merasa malu. Memburu buku sebagai sesuatu yg wah, karena siapa dulu yg membaca buku dia yg lebih dulu menguasai pemikiran.

Dari semangatnya saat kuliah, pada akhirnya Muhibbin lulus pada tahun 1995 di UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang mana dulu dijamannya masih PPAI (Penyiaran dan Penerangan Agama Islam).

Setelah lulus Muhibbin kerja di salah satu perusahaan media di Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi wartawan anak perusahaan Jawa Pos di wilayah tersebut selama dua tahun.

Pada tahun 2000 Muhibbin melamar menjadi dosen dan akhirnya keterima di IAIN Jember. Ia pernah menjadi sekertaris jurusan di Fakultas Dakwah dan menjadi kepala prodi KPI.

Dosen gaul dengan kacamata yang melekat pada bajunya ini memiliki pengalaman dalam bidang jurnalistik yang cukup membanggakan. Berbagai macam prestasi yang diraihnya membuahkan hasil yang dapat dikatakan sukses bagi perjalanan karir seorang jurnalis. Walau sekarang tidak lagi menjadi praktisi media soal menulis masih terus di jalankan olenya selama menjadi dosen.

Hingga kini, Muhibbin dipercayai untuk mengajar dalam mata kuliah Ilmu Komunikasi, pengantar jurnalistik, dan mata kuliah lainnya. Dosen yang memiliki kumis tebal ini cukup di segani oleh mahasiswa di kampus tersebut. Tetapi beliau bukanlah sosok yang galak bagi mahasiswanya, melainkan sosok yang memiliki aura karismatik karena cara mengajarnya yang dianggap asik oleh para mahasiswanya.

Muhibbin mempunyai alasan yang cukup mengejutkan ketika memberikan pernyataannya tentang alasan memilih menjadi dosen dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya sebagai praktisi bidang jurnalis, karena seperti yang kita ketahui banyak alasan utama seseorang memilih suatu pekerjaannya.

“Menjadi dosen itu menyenangkan, karena mimpi saya memang ingin menjadi dosen supaya bisa mengekspresikan pikiran saya," ucap Muhibbin yang pernah meniti karir sebagai wartawan ini.

Menurut Muhibbin, ia mendapat panggilan hati nurani untuk mau mengajar dan memilih profesinya sebagai dosen dan melepas pekerjaan sebelumnya sebagai wartawan. “Percuma punya gelar S2 kalau ilmunya gak dibagi-bagi.” Cukup mengesankan ketika hal tersebut ternyata menjadi alasan utama Muhibbin untuk memilih profesinya sebagai dosen saja.

Selama mengabdi menjadi dosen, ia pernah diangkat menjadi Ketua LP2M sejak tahun 2015 hingga 2019 awal. Dari semua pengalaman dan prestasi yang pernah ia raih patut diacungi jempol. Karena belum tentu semua bisa seperti beliau.

Rambutnya yang sudah putih itu, pertanda bahwa selama menjadi dosen suka berpikir dan suka tantangan. Beberapa hal sudah pernah dicoba di kampus hijau kuning itu, bagi dia tantangan itu harus dilalui bukan ditakuti.

Selama menjalani profesi sebagai dosen, berbagai hal yang sempat membuat perasaannya kecewa antara lain adalah karena mahasiswa-mahasiwanya itu sendiri. Misalnya ketika Muhibbin sedang mengajar di kelas tetapi ada beberapa mahasiswa yang tidak mau membaca buku sebelumnya sehingga ketinggalan dalam proses belajar. Entah takut atau gimana seakan mahasiswanya itu terbebani dengan perkuliahan.

Muhibbin kecewa karena ia merasa sebagai dosen yang telah berusaha untuk mengajar tetapi dari mahasiswanya tidak mau untuk maju, dengan sikap mahasiswanya yang seolah tidak tahu apa-apa. Berbagai hal yang sempat membuatnya kecewa tidak menjadi alasan Muhibbin untuk putus asa dalam dunia mengajarnya karena ia memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat membagikan ilmu dan pengalamannya tersebut.

Tetapi dalam perjalanannya selama mengajar tersebut ia juga menemukan hal-hal yang membuatnya senang tentunya. Ia mengatakan bahwa mendapatkan kepuasan batin tersendiri ketika mahasiswa yang diajarnya berhasil dan telah bekerja dalam dunia media seperti yang diinginkannya. Ia berusaha tampil menjadi yang terbaik untuk para mahasiswanya.

"Prinsip saya adalah jangan sampai memposisikan mahasiswa itu sebagai objek, melainkan posisikan mahasiswa sebagai partner belajar," kata laki-laki lulusan S2 Universitas Airlangga ini.

Muhibbin adalah salah satu contoh dosen yang dapat menjadi teladan bagi kita semua agar memiliki motivasi dalam segala pekerjaan yang kita jalani. Bekerja tidaklah hanya melihat dari segi materinya saja melainkan juga pengabdiannya disitu, tetapi kita juga perlu memberikan manfaat yang pasti bagi orang-orang sekitar kita. Latihlah kemampuan yang ada di diri kita sesuai dengan fokus yang saat ini kita kerjakan.

Aqin
HMD

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama