Sepotong Kue Jawabnya

Sepotong Kue Jawabnya
Gambaran saat bunda sedang memasak sesuatu di dapur

Situbondo, HimmahKPI.com Siang Hari Yang Begitu Panas, menjadi gambaran hati si cewek manis, Amira. Pulang sekolah ia langsung menuju dapur, membuka lemari es yang sudah sedikit usang karena merupakan warisan dari eyangnya. Ia langsung mengambil sebotol air dan kemudian meminumnya tanpa memperdulikan siapapun yang ada disekitarnya, termasuk bundanya yang kala itu sedang mengerjakan sesuatu di depan alat masaknya.

“Assalamu’alaikum Amira”, sapa bunda sambil mencari jawaban dari gelagat sang buah hati yang dirasa tidak seperti biasanya,
“Wa’alaikum Salam bunda”, jawab Amira dengan nada sendu.
“Anak bunda kenapa, baik-baik saja kan?”, senyum bunda terukir dari kata-katanya yang lembut.

Amira tetap diam seakan mengatur jiwanya yang lagi bergejolak dengan amarah. Sambil memandang anaknya yang memang sering baper, bunda menghampiri Amira dan berkata,” Apa ada masalah disekolah? Coba cerita ke bunda mungkin bunda bisa bantu!” .

Amira  memandang raut wajah sang bunda dan dapat melihat senyum indah diwajah yang penuh dengan kasih sayang itu, dengan nada lirih Amirah mencoba memulai ceritanya.
“Tadi di sekolah ada tugas kelompok bun, guru menugaskan setiap kelompok menyampaikan pendapatnya sesuai tugas yang diberikan. Biasanya kan dalam satu kelompok kita harus punya visi, misi yang sama, tapi……”, si cewek manis yang baru duduk dikelas X ini menghentikan ceritanya karena air mata ikut serta dalam menahan emosi yang merasuki dirinya.
Bunda mengusap bahu Amira dengan penuh kasih sayang, Amira kembali memelanjutkan cerita seraya tangan mungilnya menyeka air mata yang tanpa henti mengalir di pipinya.

Sepotong Kue Jawabnya
Sepotong kue untuk Amira

“Di kelompok Amira, teman-teman malah saling mengunggulkan pendapatnya masing-masing. Tidak ada jalan tengah yang kita peroleh, Amira sebagai ketua kelompok bingung, bunda. Teman-teman mempertahankan pendapatnya masing-masing dan malah saling menyalahkan antara satu dengan yang lain”.
“Termasuk Amira?”, pertanyaan bunda yang se akan menebak sikap putrinya.
Amira mengangguk pelan dan dengan nada kesenggukan karena sambil nangis ia berucap, ”coba teman-teman dengarkan pendapat Amira, kita tidak akan mengulang kembali tugas ini kan bun, apa susahnya sih teman-teman ikut kemauan Amira? ”.
Bunda yang merasa faham akan sikap putrinya yang beranjak menjadi remaja itu, kemudian berdiri dan mengambil sesuatu untuk Amira. Bunda membawakan sepotong kue yang ia buat tadi. Bunda menyuruh Amira memakan kue itu. Dengan kondisinya yang masih kesal, tapi tidak ingin mengecewakan bundanya, Amira kemudian memakan kue buatan bundanya.

“enak?”, tanya bunda sambil tersenyum
Dengan sedikit tersenyum amira mengangguk, mengiyakan bahwa kue buatan bundanya memamg paling enak.
Kemudian bunda berkata,” Amira dan teman-teman seperti kue ini. Dalam kue ini ada berbagai macam bahan yang berbeda dan diolah menjadi satu. Ada tepung yang halus, mentega yang lembut, gula yang manis dan bahan lainnya yang rasa dan teksturnya pasti beda. Namun karena diolah dengan takaran yang pas maka jadilah kue yang enak ini”,
Bunda memberikan gambaran terhadap masalah yang Amira hadapi. Amira mendengarkan dengan seksama. Ucapan bunda yang lembut  sesekali menjadikan Amira memandang bundanya dengan nada sendu membenarkan setiap kalimat yang keluar dari lisan seorang  wanita dimana ia bagaikan bidadari di hadapannya.

“ Amira dan teman-teman ibarat bahan-bahan kue itu, jika kita mengungulkan salah satu maka tidak akan menemukan kenyamanan. Tepung tidak enak dimakan, mentega tidak sedap di makan, begitupun bahan-bahan yang lain. Namun kombinasi perbedaan itulah yang menjadikan kue itu enak dimakan. Yang terpenting yang harus kita tahu setiap takaran bahan itu tidaklah sama, ada yang lebih banyak, ada yang lebih sedikit kadang ada yang sama bahkan ada bahan yang tidak perlu kita gunakan, dimana saat itulah kita harus saling menghargai ”.
“ Amira boleh berbeda dengan teman-temaan, sebaliknya teman-teman boleh berbeda dengan Amira dan bunda yakin setiap pendapat itu semuanya baik, namun kita harus tau tujuan, maksud dan semua itu untuk apa? Sehingga kita bisa menentukan mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak agar dapat menghasilkan hal yang jauh lebh baik ”.

Amira langsung memeluk bunda, ia menangis sejadi-jadinya meluapkan semua amarahnya seraya meminta maaf dan berterima kasih pada bundanya. Ia mengatakan bahwa ia akan berusaha memahami makna dari sebuah perbedaan. Bunda membalas pelukan Amira dengan usapan lembut di kepala putrinya, ia kembali berucap, “ sayang, perbedaan itu adalah rahmat agar kita mengambil manfaat daripadanya”.
Amira mengangguk dalam pelukan bundanya seraya membenarkan ucapan yang merupakan nasehat untuk dirinya.

Hai sahabat !! perbedaan bukan untuk menentukan siapa yang baik. Namun perbedaan adalah jalan untuk saling menghargai dan menemukan yang terbaik diantara yang baik.

Seruni

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama