Teknologi vs Agroekologi, Sebuah Refleksi Konsep Pertanian Modern

Teknologi vs Agroekologi, Sebuah Refleksi Konsep Pertanian Modern
Nama Penulis : Mozart Nuzul Aprilliza AM, S.Pt., M. Si.


Himmahkpi.com
, Sudah sepantasnya Indonesia menjadi negara dengan sektor pertanian yang dapat diperhitungkan di dunia. Menurut data dari BPS pada tahun 2015 luas lahan sawah di Indonesia ±8 juta hektar. Selain itu negara kita yang tercinta ini, memiliki kesuburan tanah, curah hujan, penyinaran matahari, biodiversitas yang menjadi keunggulan tersendiri, yang tidak dimiliki oleh negara lain. Akan tetapi sistem pertanian yang diterapkan di Indonesia saat ini, masih menggambarkan adanya  kegagalan sosial dan lingkungan. Bagaimana tidak, nyatanya sistem usaha pertanian yang selama ini diterapkan justru mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya polusi nitrogen, dan petani masih saja miskin. Penggunaan pestisida secara berlebih, pembukaan lahan baru besar-besaran untuk dijadikan lahan pertanian dan penguasaan teknologi yang rendah adalah beberapa penyebabnya.


Tidak dapat dielakkan lagi inovasi akan pertanian yang berkelanjutan yang didukung dengan teknologi modern merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan ini. Sama halnya dengan sektor industri yang lain, bidang pertanian juga tengah memasuki era industri 4.0. Ciri khas pertanian tersebut terletak pada perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara domain fisik, digital, dan biologis.


Di era pertanian 4.0 precision agriculture merupakan suatu keharusan. Perlu dipahami dulu pengertian mengenai precision agriculture atau bercocok tanam secara presisi, yang dapat diartikan sebagai teknik budidaya yang akurat, tertakar dan terukur. Pertanian yang presisi akan tercapai dengan adanya teknologi berupa digitalisasi pertanian. Misalnya adanya aplikasi Kalender Tanam Terpadu, alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan OPT (organisme penggganggu tanaman), serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan sawah), dan data alsin (alat dan mesin) berdasarkan prediksi variabilitas dan perubahan iklim.


Teknologi lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan pertanian yang presisi adalah drone. Drone berteknologi tinggi bagi dunia pertanian memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1)Pemantauan tanaman hingga penanaman, 2)Pengelolaan ternak, 3)Penyemprotan tanaman, 4)Pemetaan dan irigasi, serta 5)Pengamatan keadaaan tanah. Sedangkan di masa depan, jika penerapan precicion agriculture ini benar-benar berjalan  penggunaan air dan pupuk pestisida akan semakin optimal juga dan akan berdampak baik pada kesuburan lahan. Di Belanda penerapan precision agriculture telah mampu membuat sistem pertanian mereka lebih hemat sebesar 90% dalam penggunaan air, jika dibandingkan dengan pertanian pada umumnya.


Selain dukungan teknologi modern, penguasaan akan bioteknologi merupakan hal yang harus dikuasai pelaku sektor pertanian. Penguasaan bioteknologi akan menghasilkan sayur-mayur, buah-buahan, dan tanaman pangan lainnya serta ternak yang berkualitas unggul, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Bahkan dengan adanya rekayasa genetika dimungkinkan diciptakannya burger berbahan dasar sayuran. Sayur-sayuran yang digunakan sebagai bahan pembuat burger itu telah direkayasa sedemikian rupa, sehingga menghasilkan rasa yang menyerupai rasa daging, dan dapat dijadikan sebagai solusi bagi vegetarian untuk tetap menikmati burger yang lezat. Bagi penikmat daging, dengan rekayasa genetika akan dihasilkan ternak yang memiliki daging berkualitas prima, dengan tingkat juiceness terbaik, rendah lemak dan kolesterol, sehingga anda tidak perlu takut lagi mengkonsumsi daging.


Pemasaran yang efektif dan efisien kunci utama sejahteranya petani. Di era pertanian 4.0, pemasaran hasil-hasil pertanian, tidak lagi menggunakan sistem tradisional, dimana penjual harus bertemu langsung dengan pembeli. Petani dapat dengan mudah menjual hasil pertanian mereka dengan dukungan teknologi. Marketplace tempat menjual hasil-hasil pertanian secara online sudah mulai menjamur, misalnya RegoPantes, TaniHub dan Limakilo. Dengan adanya marketplace ini, petani dapat memutus mata rantai pemasaran yang panjang, dan petani dapat menentukan harga jual kepada pembeli. Tidak ada lagi konsumen yang mendapatkan harga sangat tinggi, tidak ada lagi tengkulak yang mengambil keuntungan besar, yang ada konsumen akan dapat mendapatkan harga lebih murah sehingga penjualan di hasil pertanian dapat lebih meningkat dan menguntungkan bagi petani.


Selain konsep penggunaan teknologi secara matang, konsep lain yang ditawarkan untuk memajukan dunia pertanian yang berkelanjutan adalan Agroekologi. Konsep  agroekologi melibatkan penerapan prinsip ekologi untuk desain dan pengelolaan agroekosistem yang berkelanjutan. Berbeda dengan visi teknologi yang dijelaskan di atas, inovasi agroekologi mengedepankan sistem berkelanjutan, penggunaan kembali, dan penggabungan sumber daya untuk mengurangi ketergantungan pada input eksternal (low external input sustainable agriculture) . Konsep ini meniru siklus alam dan keanekaragaman fungsional ekosistem alam.


Sistem pertanian dirancang dengan cara yang didasarkan pada interaksi yang menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara tumbuhan, hewan, dan lingkungan. Misalnya, pepaya ditanaman diantara tanaman kacang-kacangan. Tanaman kacang-kacangan ini dapat dijadikan sebagai sumber nitrogen alami, karena akarnya memiliki simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. yang dapat mengikat nitrogen. Di negara kita penamanam dua jenis tanaman atau lebih di dalam satu areal lahan dengan waktu penanaman yang bersamaan sering disebut tumpang sari. Contoh pada lingkup yang lebih luas yaitu pengintegrasian tanaman pertanian dengan ternak. Ternak mendapatkan sumber makanan dari tanaman pertanian maupun hasil sampingnya, sementara tanaman-tanaman pertanian tersebut mendapatkan pupuk organik dari kotoran padat dan cair ternak. Konsep agroekologi juga memungkinkan menurunnya polusi dan produksi limbah, dikarena sistem berkelanjutan memungkinkan limbah yang dihasilkan untuk diolah kembali menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan.


Pada akhirnya gambaran pertanian di masa depan yang paling tepat untuk memajukan pertanian di Indonesia adalah menggabungkan teknologi dan agroekologi. Teknologi untuk meningkatkan produksi dan inovasi, serta konsep ekologi yang tetap dapat menjaga kelestarian alam dan sumber daya hayati. Perlu adanya kerja sama yang berkesinambungan dari berbagai pihak; pemerintah, swasta, petani, peneliti, dan akademisi untuk memajukan pertanian Indonesia. Dengan memajukan pertanian, berarti kita telah berusaha menyelamatkan dunia dari ancaman kelaparan. If we want to feed the world,save it from starvation, produce some amount of foods.


Penulis : Mozart Nuzul Aprilliza AM, S.Pt.,M.Si

Teknologi vs Agroekologi, Sebuah Refleksi Konsep Pertanian Modern
Dokumentasi himmahkpi.com

Calon Peneliti Ahli Pertama,  

Loka Penelitian Sapi Potong, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Email: mozartaprilliza@gmail.com


Riwayat pendidikan penulis yakni Di Universitas Diponegoro Semarang dengan memperoleh Beasiswa 


S1 Peternakan : 2009 s.d 2013 (Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik)


S2 Magister Ilmu Ternak : 2013 s.d 2014 ( Beasiswa Unggulan Dikti)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama