Aku, Justru Tak Kenal Mimpiku

Aku, Justru Tak Kenal Mimpiku
Situbondo, himmahkpi.com Namaku Annha Fredella Urani. Aku siswi kelas XII IPA , pagi ini, hari libur, aku sedang berolahraga di sekitar rumah saja. Jangan kira Karna nama bagus bukan berarti rupa ku menawan, Punya wajah cantik dengan berbadan sexy yang kebanyakan jadi rebutan para lelaki itu bukan aku, wajah oval, dengan alis buram, hidung pesek, dan mulut seperti burung pipit siapa yang mau melirik wanita tersebut.

  Meski begitu, keinginan menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada Program Studi Elektronika dan Instrumentasi. Bukan hal yang mustahil untuk ku, piagam dan penghargaan dari tingkat provinsi sampai kecamatan sudah terpajang rapi di rumahku , tapi walaupun begitu niat untuk jadi lebih baik lagi masih membuatku semangat untuk belajar karna bagiku kegagalan selalu datang dimana saja dan kapan saja, belajar, belajar dan belajar itu pesan mama ku setiap hari, bahkan aku sudah menjomblo tiga tahun lebih sejak awal masuk sekolah. Bukan berarti aku enggak normal soal hati ya gaes, sedikit informasi, di keinginanku masuk UGM nanti,menjadi mahasiswi terbaik dan tercepat dalam menyelesaikan skripsi adalah keinginan pertama dan paling utama.

  Dan alasan berikutnya ialah karna seorang lelaki yang menarik perhatianku 3 bulan lalu, dia berperawakan tinggi, tampan, atletis, seperti oppa korea, kalau tidak salah ingat, kami bertemu… bukan, lebih tepatnya aku bertemu saat ada seminar Keorganisasian yang dihadiri dari berbagai sekolah menengah ke atas, waktu itu aku dengan 7 orang lainnya menjadi perwakilan untuk menghadiri acara tersebut, pucuk dicinta ulang pun tiba, aku begitu terkesan dengan tampangnya namanya Reza Ardino, sebut saja Kak Reza.aku tau nama itu tidak lah sulit karna Kak Reza sudah terkenal di kalangannya. Dia jadi moderator tentu saja banyak dari teman-temanku yang membicarakan dan kepo tentang dia, termasuk salah satu temanku, eh bukan teman sahabat tapi teman kelas, sebut saja Athala cantik sih tapi sering nyontek, otaknya biasa aja Cuma make up yang ada di fikirinnya. Kemudian setelah usai acara aku mencari tahu identitas, alamat rumah, dan tentu saja pacarnya. Ternyata dia single.  Tidak mudah kepoin tentang Kak Reza dia kayak es batu, beku.

    3 hari berlalu setelah acara tersebut aku menyerah karna satupun dari kakak-kakak senior yang tanpa rasa malu ku tanyakan semua tentangnya mengatakan tidak tahu menahu, terlalu cuek dan jutek katanya. Lepas sudah harapan. Tak lama kemudian aku melihatnya. Memang benar Selalu ada kesempatan dalam kesempitan tak jauh ku lihat kak reza berdiri di halte, sedang apa dia disana bukankah Kampus dan halte itu jauh dan memiliki rute yang berbeda, fikirku. Kubatalkan saja menaiki mobil dan menyuruh sopir untuk pulang duluan, aku harus berani mendekatinya mungkin inilah kesempatan itu.
   “Hai Kak Reza. Masih ingat?” sapaku memulai percakapan ini.
   “emmm…siapa ya ?” tanyanya, uh malunya aku dia tidak ingat sama sekali, sabar.
   “aku peserta acara seminar yang waktu itu loh”, semoga saja ingat.
   “oh”, what….Cuma segitu dan dia menaiki bus, dasar bus sialan. Aku mengekori di belakangnya karna bus sudah penuh sesak dan enggak ada kursi kosong, yah, berdiri saja. Dia kebagian kursi dan Cuma melirik sekali, ah mama anakmu tersiksa. Mungkin mengajaknya ngobrol bisa lebih baik.
   “emmm….Kak boleh minta nomer hp nya?” sedikit takut sih. Dia terdiam mungkin berfikir kenapa wanita jelek ini begitu terobsesi padanya.
   “untuk apa?” tanyanya, yaelah untuk apa lagi coba ya untuk pendekatan.
   “Kak Reza kan pinter mahasiswa pula siapa tau aja aku ada soal-soal yang enggak dimengerti kan bisa tanya sama kakak”
   “baiklah” sembari membuka hp nya, oh tuhan ternyata sedang berpihak padaku.
   “081xxxxxxxxx”,dan menutup kembali hp nya.
   “makasih kak” senangnya bukan main. Sesampainya di rumah buru-buru ku lempar tas sekolah dan membuka layar hp langsung saja ku telfon Kak Reza, terhubung. dia berkata “Hallo”. Kumatikan sambungan hp Nanti saja fikirku hanya memastikan apa nomer itu asli atau palsu.
     
    Hari demi hari pun berganti, kedekatanku dengan Kak Reza sudah 2 bulan lebih. Selama kedekatan itu  aku pun memikirkan berbagai cara untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Memang agak ganjil sih tapi untuk rasa bernama cinta bukan hal tak lazim lagi. Aku mencintainya dan dia ? entahlah,  Tapi kurasa itu tidak menjadi permasalahan bagiku menyayanginya mudah, hanya apakah dia nyaman bersamaku itu yang kupikirkan. Suatu ketika tiba-tiba Kak Reza menjauhiku dia tidak pernah menelfon atau sekedar memberi kabar, yah tentu saja aku heran. Tiba-tiba suara bel berbunyi, kak putri teman sejurusan Kak Reza mendatangi rumahku dan memberikan aku sebuah amplop, aku bertanya tapi dia diam malah menatapku sendu. What happen with you Kak Putri. Tak mau berlarut-larut dengan sebuah drama kebingungan aku membuka amplop setelahnya Kak Putri pamit pulang.


Dear.
Annha Fredella urani

Rindu itu hadir lagi, Entah sudah hari keberapa, Kenapa kamu? Mengapa harus kamu?
Apakah kamu merasakan hal yang sama ?
Ku mohon jangan menyakiti perasaan ku, katakanlah bahwa kau mencintaiku
Sama seperti dulu tak ubahnya lebah butuh sari untuk membuat dia tampak berguna
Lelah, sangat, karna penyakit mematikan itu menggerogoti setiap detail paru-paruku. Kau pasti bertanya penyakit apa? Kenapa tidak memberitahumu terlebih dahulu, aku menyayangimu maka dari itu aku tidak ingin kau bersedih.
jangan menangis setelah membaca ini bahagiamu bahagiaku, dan dukamu adalah kewajiban ku membahagiakanmu.
annha setelah surat ini sampai dalam genggamanmu simpanlah, mungkin surat ini adalah surat terakhir dariku, surat yang mewakili sekaligus saksi betapa aku MENCINTAImu. Annha Lagi lagi harus mencintaimu dalam diam cukup terus berkhayal meski raga kini terpisah namun hati telah terpaut akan keindahan senyummu.
Annha Fredella Urani suka sekali aku menyebut nama ini, entah sudah berapa kali aku memanggilmu disini ketika terbangun, bau aroma obat dan infus sama sekali bukan hobby ku aku lebih suka mencium aroma parfum mu kekasihku. Yah annha maukah kau menjadi kekasih gelapku. Meski hanya sebatas mimpi.
                                          
                                                 Reza Ardino Mu

   Bukan main tangisku membuncah, tulang-tulangku serasa patah, tubuhku lemas aku terduduk menangis sejadi-jadinya menangisi semua kekecewaanku atas ketidak jujurannya selama ini, menangisi semua kenangan bersamanya, menangisi kebahagiaan yang seharusnya utuh ketika dia juga ternyata mencintaiku,  kenapa baru sekarang dia mengungkapkan perasaannya padaku, kenapa tidak dari dulu, oh tuhan sampaikan salamku bahwa aku mencintainya. Teringat kop surat tersebut aku berniat membalas surat itu mungkin alamatnya benar.

Dear Reza sayang.

   Baru menuliskan namanya saja air mataku tak kuasa untuk terus keluar, ku sudahi saja menulisnya mungkin nanti. Aku memilih tidur, mungkin 10 menit tiba-tiba samar-samar ku dengar riuh suara orang, ada apa fikirku. Perlahan kubuka mata begitu berat, padahal berkisar 10 menit aku terlelap dengan kepahitan oleh cinta. Aku berniat duduk tapi mama tak membiarkan aku ia tetap menyuruhku tidur dan menyuguhkan air. 
   “ada apa ma? Kalian semua kenapa?” jelas saja aku bingung semua orang berkumpul di depanku, terasaa pening di kepala ku, aku memakai perban, kenapa aku. 
  “ma aku kenapa?” tanyaku. “tenang sayang kamu gak apa-apa Cuma kamu terjatuh dan kepalamu membentur bak mandi toilet, kamu koma 3 hari sayang mama khawatir ” dengan mata sembab mama menceritakan semuanya. Oh gusti aku di rumah sakit padahal perasaan baru 10 menit yang lalu aku menangis sesenggukan karna seorang lelaki bernama reza, dan itu dikamarku kenapa sekarang aku terbaring di rumah sakit. satu demi satu pertanyaan hadir di kepalaku membuat ku semakin bingung dan sakit. 
  
    Apakah yang aku lalui semua hanya mimpi, tapi sosoknya, kejadiannya, surat itu dan paling membuat ku bingung aku menjalani pertemanan dengan kak reza sudah 2 bulan lebih lamanya apa masih bisa di nalarkan oleh akal sehat jika semuanya terasa nyata. Semua pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu ku jawab membuat ku termenung, hari-hari ku lalui dengan berat hati sudah 2 hari terbangun dari koma dan terbaring tanpa bisa melakukan apa-apa. Mungkin jalan-jalan di taman bisa membuat ku lebih merefresh otak, mama berniat menemaniku tapi aku tidak mengijinkan karna aku ingin sendiri. 

   Ku lewati lorong-lorong rumah sakit perlahan-lahan kepalaku masih sakit, sesaat kemudian aku dengar gemeriuh orang-orang keluar dari ambulans. Kuperhatikan dari jauh dan mataku terbelalak, mulutku terbungkam, ku berlari ingin memastikan, ketika sudah dekat siapa sangka dia Kak Reza dengan penuh darah di bagian kepala dan kakinya, penuh darah seperti itu aku masih mampu mengenalinya tidak salah lagi dia kak reza oh tuhan ada apa ini, siapa dia, siapa Kak Reza, bukankah 2 hari lalu aku koma dan Kak Reza tidak pernah ada , mama pun meyakinkan aku bahwa apa yang kuceritakan hanya sebatas mimpi, kepalaku pusing, tiba-tiba semuanya gelap dan….
    “sayang” ucap mama setelah aku bangun dari tidurku, tanpa perban dan tanpa pertanyaan. Aku hanya tersenyum dan tanpa sepatah aku pun mengerti bahwa semua tentang University, Kak Reza, surat, koma, kecelakaan, dan rumah sakit hanyalah sebuah mimpi.  AND

DMY
Cunong

1 Komentar

  1. mending nulis di what pad aja biar kalo banyak yg baca bisa rilis

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama