Emak-Emak Menangis Histeris, Melihat Kondisi ABK

 

Emak-Emak Menangis Histeris, Melihat Kondisi ABK
Nampak emak-emak beserta pihak keluarga dari anak buah kapal (ABK) mendatangi pelabuhan kalbut

SITUBONDO, (Lensakomunikasi.com)- puluhan emak-emak beserta pihak keluarga dari anak buah kapal (ABK) mendatangi pelabuhan kalbut, Minggu kemarin (19/12).

Tujuan mereka ingin mempertanyakan kepada pihak terkait, mengenai bagaimana nasib dari para ABK yang sudah 12 hari di tahan. Selain itu, mereka juga ingin mempertanyakan kenapa sampai tidak ada pemberitahuan kepada pihak keluarga ABK dari pihak terkait. 

Nurul istri Badrus salah satu ABK Mengatakan, kalau dirinya datang dari Probolinggo hanya ingin memastikan bagaimana kabar dari suaminya yang sudah beberapa hari tidak pulang. Tidak hanya dirinya melainkan semua keluarganya juga mempertanyakan kesalahan dari suaminya yang kerjaan sehari-hari sebagai nelayan.

"Suaminya saya memang mencukupi hidup keluarga dengan mencari ikan di laut. Dia bertaruh nyawa, tidak pandang badai mencari nafkah di tengah laut," kata perempuan beranak satu itu.

Nurul juga mengatakan kalau dirinya ingin sekali bertemu dengan orang yang sudah menangkap suaminya, dia ingin bertanya apakah orang yang menangkap itu memiliki hati nurani. Karena selama suaminya hilang tidak pernah ada surat kabar dari pihak terkait, kalau suaminya sudah di tahan.

"Saya hanya dengar dari tetangga, dan melalui telpon saja. Kan setidaknya, kalau itu memang polisi laut yang nangkap, atau siapapun yang berwenang dalam penangkapan ini. Bisa mengabari kami selaku keluarganya. Entah itu surat pemberitahuan atau apa. Saya ini sedang hamil, dan satu anak saya yang saat ini dibawah juga  juga butuh makan, tiap malam dia tanya ayahnya, tiapa bangun tidur dia rindu ayahnya. Bahkan saat ini anak saya sakit, tetap saya bawa. Siapa tau pas ketemu ayahnya bisa sembuh," imbuh Nurul sambil mengusap air matanya.


Emak-Emak Menangis Histeris, Melihat Kondisi ABK


Tidak hanya itu, sambil Menangis, Nurul menyampaikan ksamgat kasihan ketika melihat tempat suaminya beristirahat. Soalnya dari semua ABK yang tidak diperbolehkan pulang harus membuka baju akibat panasnya matahari di waktu siang. Apalagi ketika malam mereka pasti kedinginan, tidur di dalam perahu yang tidak ada atapnya.

"Entahlah, apakah tidak ada tempat tahanan yang layak bagi suaminya saya. Kenapa dia harus tidur dan istirahat di atas kapal. Sekali lagi saya memohon bebaskan suaminya saya, harap Nurul.

Sementara itu, Muhammad salah satu ABK Mengatakan bahwa selama penangkapan hingga saat ini dirinya belum Pernah mendapatkan surat dari PSDKP, entah itu surat penahanan, ataupun surat penangkapan. Sehingga mereka masih bingung kesalahan mereka yang sebenarnya terkait apa.

"Kalau kemarin pas ada gelar perkara, pihak dari PSDKP hanya bilang, kesalahan kita, karena menggunakan cantrang, yang katanya merusak lingkungan, tapi kok baru sekarang, kenapa kalau memang dilarang tidak pernah ada sosialisasi. Kita cumak nelayan kecil, masak pihak terkait yang tidak pernah melakukan sosialisasi bisa nangkap kita dan menhan kita seperti ini," tuntas Muhammad.

Sementara ini Yogi Darmawan Efendi, selaku Kasi Ops penanganan pelanggaran PSDKP pangkalan Benoa (Bali) tidak bisa untuk di confirmasi. Meskipun sudah dilakukan panggilan via WhatsApp berulang kali, dan chatting dari pagi belum juga di buka meskipun dalam keadaan online.


HMD

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama